Sabtu, 19 November 2016

CERPEN BIMBINGAN DAN KONSELING




CERITA DI RUANG BK


 

       Sebut saja Dito, siswa kelas 1 SD yang terkucilkan di tempat saya mengajar terakhir. Dito mulai di jauhi dan di benci guru-guru SD dan teman-temannya, menjadi bahan olok-olokan teman satu tingkatannya maupun kakak kelasnya. Dito memang anak spesial, akhir-akhir ini saat saya mulai diberi kepercayaan untuk menjadi guru Bimbingan Konseling untuk PG/TK sampai SMK, Dito semakin menjadi pusat perhatian saya. Selidik punya selidik, dulu Dito pernah sakit asma sampai kejang sampai akhirnya dibawa orangtuanya berobat ke Singapura. Sempat juga kepalanya membesar karena terdapat cairan, lalu cairan tersebut dibuang melalui anus. Saya pernah diberitahu oleh suster letak selangnya, terletak di leher.

Saya cukup memahami kondisi Dito, beberapa kali saya mendapat keluhan dari suster (yang ada di klinik sekolah), wali kelas dan teman-teman satu kelasnya mengenai perilaku Dito akhir-akhir ini. Saat di kelas Dito tidak bisa duduk diam di kursinya, bertahan hanya satu menit lalu berjalan ke meja teman-temannya, entah mengambil tempat pensil, bahkan yang terakhir mencium pipi teman perempuannya. Pernah juga saat olahraga bersama di hari jum’at, Dito maju ke barisan guru dan spontan mencium pipi guru perempuan. Spontan guru-guru langsung memarahi Dito, saya pun langsung mengajak Dito masuk ke gedung sekolah. Satu lagi kericuhan yang Dito lakukan saat jam pembelajaran berlangsung, Dito izin ke kamar mandi tapi ternyata Dito sudah jalan-jalan di kantin membeli es. Banyak guru SMP-SMA dan SMK yang sudah menyuruh untuknya untuk kembali ke kelas tapi Dito tidak mau. Karena wali kelas sudah tidak bisa menangani masalah ini akhirnya setiap hari Dito belajar di ruang BK.

Dito belum bisa menulis, membaca, dan mengenal angka tapi komunikasinya sangat lancer sekali. Kesulitan belajar yang dialami Dito berhubungan erat dengan kondisi fisik, penyebabnya tak lain ia pernah beberapa kali operasi di daerah kepala dan leher. Sehingga Dito mengalami kesulitan belajar, dimana ia mengalami keterlambatan dalam mengolah informasi yang masuk. Ini menurut pendapat saya pribadi, karena orangtua Dito dari dulu sampai sekarang tidak mau memberitahukan penyakit dan sakit yang di derita oleh Dito. Apapun itu, saya sangat menghargai orangtuanya, tugas saya adalah bagaimana agar Dito bisa dan mau belajar bersama saya.

Hari-hari Dito di ruang BK, jika saya mengajar maka suster yang menggantikan tugas mengajarnya. Dito tipikal anak yang mudah bosan, belum ada lima menit saya beri tugas untuk menulis kembali satu kalimat Dito sudah menyenderkan badan dan wajahnya terlihat malas. Beberapa kali saya kehabisan akal untuk membujuk Dito, mulai dari belajar menempel (untuk melatih motoric) hingga mewarnai. Sampai akhirnya saya menemukan cara yaitu dengan sesekali memberikan ice breaking kepada Dito. Jika raut wajah Dito menunjukkan ekspresi malas, saya langsung memberikan ice breaking. Misalnya…

Tepuk satu!!!

Tepuk dua!!!

Tepuk tiga!!!

Tepuk empat!!!

Sudah, hanya seperti itu saja Dito sudah sangat senang sekali dan kembali menulis lagi. Terkadang sebelum melanjutkan mengambil pensil, ia selalu bilang ke saya “Miss Hanna…miss Hanna,nanti main tepuk lagi ya…”Iya…tapi nulisnya harus bagus ya, tak boleh miring-miring”, “Iya miss Hanna…”.Arrgghhh, ini cukup mengharukan bagi saya. Di sisi lain, teman-teman satu kelasnya sudah lancer menulis, lancer membaca, dan menghafal cerita bahasa inggris. Di sisi lain, ada satu anak yang masih belajar mengenal huruf, angka, dab belajar membaca. Dan itu tidak seharusnya terjadi di sekolah elit ini, tapi entahlah saya tidak mengerti sampai akhirnya anak ini bisa masuk di sekolah ini dan sekarang terkucilkan di ruang BK bersama saya. Karena masalah ini sudah sampai ke telingan managemen Dito belajar di ruang BK sudah berlansung dua bulan tidak ada kemajuan yang signifikan. Akhirnya orangtua Dito memutuskan untuk pindah sekolah secara sepihak tanpa pemberitahuan kepada kami, harapan saya semoga Dito semakin pintar dan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan bangsa.

Bagi saya, bermain dan belajar bersama dengan anak-anak adalah hal terindah yang tidak akan pernah saya lupakan. Jika boleh saya memilih, saya lebih senang bersama mereka anak-anak yang hobi membolos, merokok di sekolah, tidak bisa membaca, tidak bisa menulis, di keluarkan kelas karena tidak mengerjakan PR, dan masih banyak lagi… bagi saya, mereka itu istimewa dari merekalah saya belajar banyak hal. Terima Kasih..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar