CERITA DI RUANG BK
Sebut saja Dito, siswa kelas 1 SD yang
terkucilkan di tempat saya mengajar terakhir. Dito mulai di jauhi dan di benci
guru-guru SD dan teman-temannya, menjadi bahan olok-olokan teman satu
tingkatannya maupun kakak kelasnya. Dito memang anak spesial, akhir-akhir ini
saat saya mulai diberi kepercayaan untuk menjadi guru Bimbingan Konseling untuk
PG/TK sampai SMK, Dito semakin menjadi pusat perhatian saya. Selidik punya
selidik, dulu Dito pernah sakit asma sampai kejang sampai akhirnya dibawa
orangtuanya berobat ke Singapura. Sempat juga kepalanya membesar karena
terdapat cairan, lalu cairan tersebut dibuang melalui anus. Saya pernah
diberitahu oleh suster letak selangnya, terletak di leher.
Saya cukup
memahami kondisi Dito, beberapa kali saya mendapat keluhan dari suster (yang
ada di klinik sekolah), wali kelas dan teman-teman satu kelasnya mengenai
perilaku Dito akhir-akhir ini. Saat di kelas Dito tidak bisa duduk diam di
kursinya, bertahan hanya satu menit lalu berjalan ke meja teman-temannya, entah
mengambil tempat pensil, bahkan yang terakhir mencium pipi teman perempuannya.
Pernah juga saat olahraga bersama di hari jum’at, Dito maju ke barisan guru dan
spontan mencium pipi guru perempuan. Spontan guru-guru langsung memarahi Dito,
saya pun langsung mengajak Dito masuk ke gedung sekolah. Satu lagi kericuhan
yang Dito lakukan saat jam pembelajaran berlangsung, Dito izin ke kamar mandi
tapi ternyata Dito sudah jalan-jalan di kantin membeli es. Banyak guru SMP-SMA
dan SMK yang sudah menyuruh untuknya untuk kembali ke kelas tapi Dito tidak
mau. Karena wali kelas sudah tidak bisa menangani masalah ini akhirnya setiap
hari Dito belajar di ruang BK.
Dito belum
bisa menulis, membaca, dan mengenal angka tapi komunikasinya sangat lancer
sekali. Kesulitan belajar yang dialami Dito berhubungan erat dengan kondisi
fisik, penyebabnya tak lain ia pernah beberapa kali operasi di daerah kepala
dan leher. Sehingga Dito mengalami kesulitan belajar, dimana ia mengalami
keterlambatan dalam mengolah informasi yang masuk. Ini menurut pendapat saya
pribadi, karena orangtua Dito dari dulu sampai sekarang tidak mau
memberitahukan penyakit dan sakit yang di derita oleh Dito. Apapun itu, saya
sangat menghargai orangtuanya, tugas saya adalah bagaimana agar Dito bisa dan
mau belajar bersama saya.
Hari-hari
Dito di ruang BK, jika saya mengajar maka suster yang menggantikan tugas
mengajarnya. Dito tipikal anak yang mudah bosan, belum ada lima menit saya beri
tugas untuk menulis kembali satu kalimat Dito sudah menyenderkan badan dan
wajahnya terlihat malas. Beberapa kali saya kehabisan akal untuk membujuk Dito,
mulai dari belajar menempel (untuk melatih motoric) hingga mewarnai. Sampai
akhirnya saya menemukan cara yaitu dengan sesekali memberikan ice breaking kepada Dito. Jika raut
wajah Dito menunjukkan ekspresi malas, saya langsung memberikan ice breaking. Misalnya…
Tepuk
satu!!!
Tepuk
dua!!!
Tepuk
tiga!!!
Tepuk
empat!!!
Sudah,
hanya seperti itu saja Dito sudah sangat senang sekali dan kembali menulis
lagi. Terkadang sebelum melanjutkan mengambil pensil, ia selalu bilang ke saya “Miss Hanna…miss Hanna,nanti main tepuk lagi
ya…”Iya…tapi nulisnya harus bagus ya, tak boleh miring-miring”, “Iya miss
Hanna…”.Arrgghhh, ini cukup mengharukan bagi saya. Di sisi lain, teman-teman
satu kelasnya sudah lancer menulis, lancer membaca, dan menghafal cerita bahasa
inggris. Di sisi lain, ada satu anak yang masih belajar mengenal huruf, angka,
dab belajar membaca. Dan itu tidak seharusnya terjadi di sekolah elit ini, tapi
entahlah saya tidak mengerti sampai akhirnya anak ini bisa masuk di sekolah ini
dan sekarang terkucilkan di ruang BK bersama saya. Karena masalah ini sudah
sampai ke telingan managemen Dito belajar di ruang BK sudah berlansung dua
bulan tidak ada kemajuan yang signifikan. Akhirnya orangtua Dito memutuskan
untuk pindah sekolah secara sepihak tanpa pemberitahuan kepada kami, harapan
saya semoga Dito semakin pintar dan menjadi anak yang berguna bagi nusa dan
bangsa.
Bagi saya,
bermain dan belajar bersama dengan anak-anak adalah hal terindah yang tidak
akan pernah saya lupakan. Jika boleh saya memilih, saya lebih senang bersama
mereka anak-anak yang hobi membolos, merokok di sekolah, tidak bisa membaca,
tidak bisa menulis, di keluarkan kelas karena tidak mengerjakan PR, dan masih
banyak lagi… bagi saya, mereka itu istimewa dari merekalah saya belajar banyak
hal. Terima Kasih..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar